JAKARTA– Partai Demokrat meradang setelah muncul skema pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar. Padahal, Demokrat sebelumnya berpegang pada segala ucapan Anies yang menyatakan bakal menjadikan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai calon wakil presidenya.
Namun, hanya dalam waktu tujuh hari, perubahan drastis terjadi. AHY ditinggalkan Anies yang memilih melenggang ke Pilpres 2024 bersama Muhaimin Iskandar. Apa yang sebenarnya terjadi dalam tujuh hari itu?
Sekjen Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya mengatakan, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh telah menunjuk KetuaUmum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin sebagai calon wakil presiden Anies.
Riefky mengungkapkan, keputusan itu diambil setelah Surya Paloh dan Cak imin bertemu di Nasdem Tower, Gondangdia, Menteng, Jakarta, Selasa (29/8/2023).

“Secara sepihak Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh tiba-tiba menetapkan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar sebagai cawapres Anies tanpa sepengetahuan Partai Demokrat dan PKS,” ujar Riefky dalam keteranganya, Kamis (1/9/2023).
Riefky mengatakan, Surya langsung memanggil Anies pada malam itu juga untuk menyammpaikan keputusan tersebut.
Sehari Setelahnya, Rabu (30/8/2023), Anies tak mengatakan informasi itu pada Demokrat dan PKS yang merupakan bagian dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).
Riefky menganggap bahwa tindakan tersebut adalah wujud pengkhianatan Nasdem dan Anies piagam pembentukan KPP.
Padahal, dalam piagam itu disebutkan, ketiga parpol KPP memberikan mandat pada Anies untuk menentukan bacawapresnya sendiri.
Demokrat menilai, penundaan deklarasi bakal calon wakil presiden dari KPP disebabkan Anies yang terlalu tunduk kepada keinginan Surya Paloh.
“Diduga kuat, tidak terlaksananya deklarasi itu karena Capres Anies lebih patuh kepada Ketua umum Nasdem Surya Paloh yang ingin terus menunda waktu deklarasi,” kata Riefky.
Riefky mengatakan, sikap Demokrat setelah meneken piagam koalisi adalah menyarankan Anies mencari kandidat bakal cawapres.
Demokrat kemudian mendengarkan pertanyaan dan desakan dari masyarakat secara luas tentang kepastian KPP, serta merosotnya elektabilitas Anies.
Maka dari itu, Anies dan Tim 8 telah merencanakan beberapa kali waktu deklarasi. Namun, rencana deklarasi itu tidak pernah terwujud.
Rifky mengatakan, Anies juga sempat menyepakati memilih Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai bakal cawapres dan tinggal mekalukan deklarasi.
Bahkan, Anies disebut menulis surat yang ditandatangani pada 25 Agustus 2023 yang meminta secara resmi supaya AHY bersedia untuk menjadi bakal cawapresnya.
Akan tetapi, kata Rifky, pada 29 Agustus 2023 malam, secara sepihak Surya Paloh tiba-tiba menetapkan Muhaimin Iskandar sebagai bakal cawapres Anies.